Selasa, 02 Agustus 2011

OSPEK dibatalkan, MOS dipegang Guru..

            Sudah menjadi budaya yang sangat lazim bahwa pada setiap penerimaan siswa baru, pelaksanaan Masa Orientasi Sekolah (MOS) atau dalam istilah lazim disebut OSPEK, merupakan agenda rutin dari Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam lingkup sekolah tertentu.
MOS merupakan ajang bagi siswa untuk memberikan apresiasi terhadap peran dan tanggung jawab sesama siswa, dalam lingkup ini adalah siswa senior dan siswa junior. MOS juga menjadi ajang bagi siswa untuk mengenalkan beragam budaya yang dianut dalam suatu lingkup sekolah, baik dari sisi kurikuler maupun ekstra kurikuler.
            Terdapat suatu hal yang menarik dari pelaksanaan MOS tahun ajaran 2011-2012, dimana peranan OSIS sebagai salah satu organisasi siswa yang memiliki kewenangan penuh terhadap MOS telah dibatasi ruang lingkupnya. Yang sangat disayangkan dari pembatasan fungsi dan tanggung jawab OSIS adalah tidak adanya suatu alasan kuat yang dapat dijadikan dasar sama sekali. Bahkan penyelenggaraan MOS kali ini di laksanakan oleh dewan guru. Dan dalam bahasa lain, mungkin ini dapat dikatakan sebagai bentuk pe-ngebirian peran dan fungsi organisasi.
          Meskipun tidak terdapat aturan baku dalam penyelenggaraan MOS, namun hal ini telah memberikan kesan yang tidak enak terhadap organisasi OSIS itu sendiri. Dalam hal ini OSIS seperti tidak memiliki kemampuan dan kapabelitas yang memadai untuk penyelenggaraan MOS. Dengan kata lain, kepercayaan terhadap organisasi OSIS yang selama ini telah melaksanakan berbagai kegiatan yang mendukung aktivitas belajar mengajar telah berkurang.
            Secara personal, saya tidak mempersoalkan masalah ambil peran atau unjuk muka dalam program ini. Namun secara komunal, kita pesimis dengan perkembangan organisasi OSIS pada masa yang akan datang, jika keberadaan dan eksistensi OSIS dalam kegiatan startegis (seperti halnya MOS) di abaikan. Kita berharap kejadian seperti ini tidak lagi terulang pada masa yang akan datang. 
               Pada dasarnya, OSIS telah menyusun program dan menawarkan kepada pihak terkait sekolah yang nantinya akan memutuskan layak atau tidak suatu program dilaksanakan. Program OSIS kali ini yaitu membuat OSPEK bagi murid baru, yang akan diadakan berlansung selama 4 hari berturut yang dimana pada setiap harinya sudah dijadwalkan untuk pemberian materi dan moril lainya. Dalam program ini, peranan dewan guru juga dilibatkan untuk memberikan materi-materi strategis dan dianggap penting sebagai dasar awal siswa baru memulai kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler. Namun, program yang ditawarkan OSIS tidak dapat diterima, tanpa alasan yang jelas. Dalam hal ini, berdasarkan keterangan dari Kepala Sekolah yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan MOS tidak dapat dilaksanakan oleh OSIS.
            Secara personal dan komunal, saya merasa kecewa dengan keputusan ini. Hal ini sama halnya dengan mengabaikan eksistensi dan kultur OSIS yang telah terbangun selama ini. Keputusan ini juga dapat berdampak terhadap lemahnya OSIS sebagai salah satu organisasi sekolah. 
            Melalui forum ini, saya berharap kepada seluruh pihak terkait sekolah untuk melihat segala sesuatunya secara objektiv. Artinya, meskipun terdapat kekurangan internal OSIS (dalam hal ini pengurus), layaknya hal itu menjadi masalah personal yang dapat dibicarakan dan dicari solusinya, dan bukan dengan mengabaikan eksistensi lembaganya. Oleh karenanya, kita berharap kepercayaan terhadap lembaga OSIS dapat segera dipulihkan. 
            Pada akhirnya, kita memahami bahwa kemajuan sebuah sekolah baik dalam hal kurikuler maupun ekstra kurikuler sangat ditentukan oleh kapasitas siswa itu sendiri dan didukung oleh peran dewan guru. Namun ada satu point penting yang seharusnya diperhatikan, adalah bagaimana menciptakan suatu ruang gerak yang memadai bagi siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki melalui beragam media yang tersedia, salah satunya OSIS. Dengan kata lain ada ruang untuk menjalankan program Capacity Building, bukannya demolition character. Sehingga pada akhirnya segenap siswa merasa haknya terpelihara dan memiliki ruang gerak yang luas untuk mengapresiasikan potensi yang dimiliki.(de2)

               Bravo SMU Negeri 11 Banda Aceh.... 
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar